Kerja di perusahaan event organizer, terus anda masih memegang teguh idealisme ? Masih memegang nilai – nilai yang menurut anda adalah jati diri anda ? Menurut anda itu adalah sikap dan cara yang profesional, tapi tetep nggak bisa! Kejadian yang sering terjadi seperti kami kisahkan di artikel ini, akan memberi jawaban, kenapa anda nggak bisa terlalu idealis saat kerja di perusahaan event organizer.
Ok, anda memegang teguh nilai – nilai tentang profesionalisme, etos kerja yang menjunjung tinggi kepuasaan client, bekerja dengan mitra kerja terpilih yang sudah terbukti dengan hasil kerja sebelumnya. Anda menganggap, bahwa anda perlu bekerja dengan mitra kerja, vendor, yang sudah pernah bekerja sama dengan anda sebelumnya.
Contoh saja, sebuah acara konser, dimana client anda, yang mensponsori acara ini, adalah perusahaan telekomunikasi ternama di tanah air. Deretan band dan penyanyi solo yang jadi bintang tamu di acara itu, adalah nama – nama besar. Konser ini, dibiayai oleh bos anda dan beberapa rekan dari bos anda sebagai investor pendukung. Lalu, ada perusahaan sponsor tadi, yang berkontribusi sejumlah uang dengan imbalan nama konsernya diambil alih dengan nama produk sponsor di bagian depan.
Urusan audio system adalah krusial dalam perhelatan seperti konser, dan sebagai kepala bagian produksi dari acara tersebut, anda sudah membayangkan, siapa vendor yang akan menyediakan semua kebutuhan sound system dan penunjang di acara itu. Sebut saja sebuah nama perusahaan sound system yang sudah malang melintang di konser, hampir 70% konser menggunakan jasa sound system ini, anda sebagai kepala bagian produksi, juga sudah menggunakan jasa mereka beberapa kali, dan anda puas! Puas dengan peralatan yang disiapkan, puas juga dengan bagaimana kinerja dari crew sound system mereka, masalah apapun yang terjadi, pertanyaan atau permintaan apapun dari band atau penyanyi pendukung di acara yang lalu, semua bisa difasilitasi dengan baik. Anda sudah membayangkan, bahwa perusahaan sound system ini adalah yang terbaik, yang pasti akan membawa kesuksesan di acara konser yang akan diadakan nanti.
Anda sounding mengenai kebutuhan sound system untuk acara konser ini, termasuk kebutuhan technical riders dari band dan penyanyi solo yang akan perform. Termasuk juga kebutuhan detail dan info lain, seperti lokasi acara, luas area acara yang perlu dicover serta hal – hal teknis lain yang perlu diinformasikan, semuanya sudah anda infokan ke mereka.
Di satu sisi, bagian accounting, yang membuat budgeting untuk pelaksanaan konser ini, juga terus menghitung, berapa besar biaya produksi untuk pelaksanaan acara, setiap pos pengeluaran dihitung dengan seksama, dan tentu saja, dengan mempertimbangkan modal yang dimiliki, serta prosentase profit margin yang ingin didapat. Ia sudah punya angkanya untuk setiap pos pengeluaran.
Hingga akhirnya, saat anda sudah dapat informasi, berapa budget yang ditawarkan oleh perusahaan sound system tadi, dan mencocokkan dengan berapa anggaran yang disiapkan oleh perusahaan EO tempat anda bekerja, anda mendadak pusing. Wkwkwkwkw…. angkanya terlalu jauh antara budget yang dianggarkan dengan penawaran harga dari perusahaan sound system jagoan anda itu.
Mau idealis ? Mau tetep mempertahankan vendor sound system yang menurut anda akan membuat kerja anda aman ? dan menjadikan acara anda berjalan dengan baik, nyaris tanpa cela. Mau tetep bersikeras dengan pilihan anda ?
Tabrakan kepentingan seperti inilah yang akan membuat anda perlu menurunkan idealisme anda saat kerja di perusahaan event organizer. Dari sisi perusahaan tempat anda bekerja, mereka punya pertimbangan untuk menghasilkan profit margin dalam prosentase tertentu, yang mungkin sudah ditentukan besarannya, minimalnya berapa persen, dan harus minimal di prosentase itu.
Justru menghadapi keadaan seperti itu, kita jadi belajar, belajar untuk menghadapi hal – hal yang nggak sesuai dengan ekspektasi kita, tapi bersamaan dengan itu berusaha memenuhi ekspektasi orang lain, terutama mereka yang membayar jasa kita. Berat ? Iya berat, tapi sekali sudah bisa, maka akan ada kejadian sama dalam versi berbeda yang jadi lebih mudah untuk dihadapi.
Kuncinya 1, jangan baper, jangan bawa – bawa perasaan, tapi mulai latihan untuk segera cari solusi, dan satu lagi, pastikan kendala dan solusi-nya didiskusikan dengan bos, dengan atasan, jadi kalau pun terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, paling nggak, bos sudah tahu, kenapa kita ambil keputusan itu ? Dia juga berperan dalam keputusan itu. Ini kembali kepada konsep bahwa event organizer, sebagai sebuah bisnis terutama, adalah kerja team.
Cerita mengenai ini, juga bisa dilihat pada postingan instagram kami tentang Dilema bekerja di perusahaan event organizer.